It’s takes two, to tango

It’s takes two, to tango

Mungkin istilah di atas sudah tidak asing lagi ya. Istilah ini memang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan. Suatu hubungan itu terdiri dari dua orang, dua kepala, yang artinya apapun yang terjadi dalam hubungan tersebut adalah hasil atau merupakan tanggung jawab dari kedua orang yang berada di dalamnya, bukan hanya salah satu.

Banyak dari suatu hubungan, kondisi ‘kerjasama’ ini tidak berjalan dengan baik. Biasanya hal ini terjadi karena ada salah satu yang lebih dominan —yang akhirnya satu jauh lebih pasif—, sehingga yang dominan gemes sendiri, sedangkan yang pasif ya asik-asik aja tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi. Komunikasi yang terjadi pada mereka juga pada akhirnya tidak berjalan dengan baik, yang tidak jarang membuat hubungan mereka menjadi tidak bertahan lama.

Ada hal yang selalu aku ingat dari ungkapan pasanganku dari jaman dulu kala, “mengerti dan memahami itu dua hal yang berbeda.” Dengan memahami, kita sudah jauh lebih mengerti, bukan hanya tau terkait perilaku yang muncul, tapi juga mengetahui alasan dibalik perilaku tersebut muncul. Menurutku, dengan memahami pasangan satu sama lain, adalah tingkatan tertinggi dari ‘kerjasama’ dalam suatu hubungan. Memahami dan saling menghargai.

Sama seperti tarian Tango, untuk dapat menari dengan dinamis diperlukan komunikasi yang juga berjalan dua arah. Coba bayangkan kalau komunikasi hanya terjadi satu arah, apakah mereka akan bisa menari seirama? I don’t think so. Begitu juga dengan suatu hubungan, seperti yang sudah aku sampaikan sebelumnya, apapun yang terjadi, keputusan apapun yang akan diambil, itu merupakan tanggung jawab dua orang. Sulit? Pasti! Dua kepala disatukan, dua ide menjadi satu, dua prinsip perlu dilebur jadi satu bukan lah hal yang mudah. But this is the art of being in relationship. Ya, kasarnya kalau belum siap untuk menghadapi kondisi ini, mungkin kalian belum siap untuk menjalin suatu hubungan.

Komunikasi dua arah ini adalah kuncinya, saling menyampaikan ide, pendapat, serta prinsip satu sama lain. Belajar untuk saling memahami pribadi satu sama lain, belajar untu sama-sama menurunkan ego masing-masing untuk mencapai suatu kesepakatan bersama. Saat salah satu sudah merasa ‘lebih’ atau ‘diatas’ dari yang lain, otomatis komunikasi dan kerjasama tadi tidak akan berjalan dengan baik,

Terakhir, buat teman-teman yang sedang menuju hubungan yang lebih serius, seperti pernikahan, boleh yuk kita refleksi dulu, apakah komunikasi dan kerjasama kalian sudah berjalan secara dua arah? 🙂

Leave a comment